Berdikari Veterinary Animal Health Care – Indonesia
Mineral adalah suatu senyawa anorganik yang menyusun ±4% tubuh ayam. Kebutuhan mineral bagi ayam perlu dipenuhi melalui ransum karena tubuh ayam tidak dapat memproduksinya. Mineral dapat dibedakan menjadi makro dan mikro mineral.
Makro mineral terdiri dari kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), sulfur (S), kalium (K), natrium (Na) dan klorida (Cl). Sedangkan mikro mineral/trace mineral adalah kelompok mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit. Walaupun jumlah yang dibutuhkan sedikit, mikro mineral ini sangat bermanfaat dalam menunjang berbagai proses di dalam tubuh ayam. Contoh mineral tersebut antara lain mangan (Mn), zinc/seng (Zn), iron/zat besi (Fe), iodine (I), copper/tembaga (Cu), selenium (Se) dan cobalt (Co).
Kebutuhan mineral bagi ayam dalam masa produksi diperlukan sebagai bahan baku pembentukan isi dan kerabang telur. Kekurangan atau defisiensi mineral dapat menyebabkan dekomposisi organ tubuh ayam (seperti tulang) untuk memperoleh mineral. Dampak jangka panjangnya adalah ayam bisa mengalami kelumpuhan karena kondisi tulang yang rapuh.
Kebutuhan Mineral bagi Ayam Petelur
Ayam petelur yang saat ini dibudidayakan sudah memiliki sifat genetik yang unggul. Perbaikan genetik yang ada membuat ayam petelur mencapai puncak produksi lebih cepat dan bertelur lebih banyak. Konsekuensinya adalah ayam harus melakukan proses metabolisme dengan lebih cepat. Kondisi inilah yang menyebabkan kebutuhan mineral meningkat karena ikut berperan aktif dalam berbagai proses metabolisme dalam tubuh seperti prekursor (bahan pembantu) kerja enzim, hormon dan ion transport.
Di samping banyak kelebihan dari perbaikan potensi genetiknya, ayam petelur lebih mudah mengalami stres. Kondisi ayam yang stres akan membutuhkan jumlah dan asupan mineral yang lebih banyak. Hal tersebut juga sama seperti ayam yang sedang dalam kondisi imunosupresi. Apabila kebutuhan mineral terpenuhi maka kondisi stres tersebut dapat teratasi.
Peran mineral dalam proses biologis tubuh sangat beragam dan masing-masing mineral memiliki fungsi yang berbeda (Tabel 1). Namun apabila kebutuhan mineral bagi ayam tidak terpenuhi maka akan terjadi kondisi defisiensi mineral. Gejala defisiensi mineral tercantum pada tabel 2.
Sumber Mineral Makro dan Mikro
Ransum dengan kualitas yang baik harus dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ayam di setiap periode perkembangannya. Pemenuhan mineral di dalam ransum tidaklah dominan dan biasanya hanya berkisar 5-8% dari total ransum. Namun jika kebutuhan mineral tidak terpenuhi maka akan berpengaruh terhadap proses metabolisme yang berujung pada penurunan performa ayam. Supaya kebutuhan mineral terpenuhi perlu dilakukan penambahan menggunakan bahan baku sumber mineral seperti tepung batu, dicalcium phosphate (DCP), atau monocalcium phosphate (MCP).
Tepung batu merupakan bahan baku mineral yang terbuat dari penggilingan batu kapur. Kandungan mineral yang terdapat pada tepung batu adalah Ca, Fe, Mg dan P. Pemberian tepung batu dapat dilakukan dalam dua bentuk sediaan yaitu serbuk (mash) dan butiran (grit). Tepung batu dengan ukuran partikel yang lebih besar akan tinggal lebih lama di dalam gizzard. Dengan itu maka pelepasan Ca terjadi secara perlahan-lahan dan kebutuhan mineral Ca untuk kerabang pun lebih terjamin.
Dicalcium phosphate (DCP)
DCP merupakan suplemen yang dimanfaatkan sebagai sumber mineral fosfor untuk pakan ayam petelur. DCP terbuat dari bahan alami seperti batuan mineral (batuan fosfat) yang diperoleh melalui proses pemanasan. Selain itu DCP juga dapat dibentuk dari kombinasi reaktif kalsium oksida dan asam fosfat melalui proses presipitasi.
Monocalcium phosphate (MCP)
MCP adalah salah satu bahan pakan sumber mineral kalsium dan fosfor yang proses pembuatannya seperti DCP (presipitasi) namun menggunakan perbandingan yang berbeda yaitu 1,3 fosfor dan 1 kalsium. Sehingga kandungan fosfor dalam MCP lebih tinggi dibandingkan DCP.
Tepung tulang merupakan limbah hasil penggilingan tulang yang telah diekstrak gelatin atau kolagennya. Bentuk dari tepung tulang yaitu serpihan berwarna coklat dengan tekstur kasar dan aroma khas seperti daging sapi. Bahan baku ini menjadi salah satu bahan pakan sumber mineral Ca dan P, serta mineral mikro lainnya.
Kulit kerang adalah bahan sumber mineral yang berasal dari kulit kerang yang telah mengalami proses penggilingan. Bahan baku ini menjadi sumber mineral kalsium dan kandungan karbonatnya (CaCO₃) pun lebih tinggi daripada tepung tulang yaitu sekitar 35%.
Pencampuran Mineral dalam Ransum
Kasus defisiensi mineral dapat dicegah dengan melakukan suplementasi mineral. Suplementasi mineral ini bisa dilakukan oleh peternak dalam bentuk penambahan mineral tunggal atau dalam bentuk penambahan premiks. Contoh suplemen mineral yang dapat diberikan adalah Mineral Super.
Hal yang perlu diperhatikan saat akan melakukan suplementasi mineral dan sumber mineral lainnya adalah teknik pencampurannya. Suplemen mineral yang ditambahkan harus tercampur secara homogen dalam ransum supaya setiap ayam mendapatkan mineral dalam jumlah yang merata. Pencampuran suplemen mineral dilakukan secara bertahap dimulai dari pencampuran ke dalam ransum jumlah yang sedikit dan ukuran kecil. Kemudian beranjak ke jumlah yang lebih besar dan seterusnya hingga keseluruhan ransum tercampur dengan suplemen mineral tersebut. Akan lebih baik dan mudah jika menggunakan mixer horizontal sehingga proses pencampuran lebih efisien.
Bahan baku mineral yang akan ditambahkan pada ransum perlu diperhatikan terlebih dulu ukuran partikelnya. Ukuran partikel mineral tersebut akan mempengaruhi durasi penyerapan di dalam tubuh. Semakin besar ukuran partikel mineral maka keberadaanya di dalam tubuh akan semakin lama sehingga dilepas secara perlahan (slow release). Proses slow release ini penting saat pembentukan kerabang telur yang membutuhkan ± 20 jam di uterus.
Secara umum sumber bahan baku mineral memiliki dua macam bentuk sediaan, yaitu serbuk (mash) dan butiran kasar (grit). Bentuk sediaan mash akan diserap lebih cepat oleh tubuh dibanding dengan bentuk grit. Kedua sediaan ini harus diberikan pada ransum ayam dengan perbandingan 65-70% dalam bentuk grit dan 30-35% dalam bentuk mash.
Pada umumnya bahan baku mineral dalam bentuk grit diberikan setiap hari pada ayam petelur mulai fase pre–layer hingga afkir untuk mencegah terjadinya defisiensi mineral. Bahan baku dalam bentuk grit ini juga berfungsi untuk membantu proses pencernaan makanan di dalam ampela sehingga efisiensi pemanfaatan pakan meningkat.